-->

Biodata dan Biografi Ki Enthus Susmono Si Legenda Dalang Wayang Golek Tegal

Ki Enthus Susmono  adalah salah satu dalang berkebangsaan Indonesia yang popular dan terkenal dikalangan masyarakat sosok pekerja keras, kreatif dan inovatif, dimana saat sebelum meninggal dunia (wafat) pada (14/5/2018) masih menjabat sebagai Bupati Tegal periode 2014-2019 diusia 51 tahun. 


Biodata dan Biografi Ki Enthus Susmono Si Legenda Dalang Wayang Golek
Biodata dan Biografi Ki Enthus Susmono Si Legenda Dalang Wayang Golek/ Foto: Capture dan Editing Pribadi
Berkat dedikasinya di dunia perwayangan, Ki Enthus mendapat gelar Doktor Honoris Causa bidang seni-budaya dari International Universitas Missouri (2005) dan penghargaan bergengsi penyandang predikat sebagai Dalang terbaik se-Indonesia dalam  Festival Wayang Indonesia pada tahuun 2005.

Berikut ini Profil Lengkap dan Biografi Ki Enthus Susmono Sang Legenda Dalang dari Tegal:
Nama Populer: Ki Enthus
Nama Lengkap: Enthus Susmono
Profesi: Dalang, Bupati Tegal ke-47 (8 Januari 2014 – 14 Februari 2018)
Tanggal Lahir: 21 Juni 1966
Tempat Lahir: Desa Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah
Tanggal Meninggal: 14 Mei 2018 (51tahun)
Kebangsaan: Indonesia
Agama: Islam
Alamat: Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah
Situs web: http://www.dalangenthus.com/
Nama Anak: Firman Nurjannah, Firman Jendra, Firman Jafar Tantowi, dan Firman Haryo Susilo.
Nama Istri Ke 1: Romiyati (1990-1995)
Nama Istri ke 2: Nurlaela (1997-2018)
Nama Ayah: Soemarjadihardja (Dalang wayang golek)
Nama Ibu: Tarminah

Sebelumnya menurut kabar yang beredar di media daring dan cetak, diduga Ki Enthus Susmono meninggal karena menderita penyakit gula darah. Hingga akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah Soeselo, Slawi, pada hari senin pukul 19:10 WIB.

Kata-kata  yang  diucapkan  ayahnya ketika melarang menjadi dalang kala Enthus masih kecil itu senantiasa diingatnya sebagai makna  ucapan  yang  sangat filosofis yaitu  “Dadi dalang kuwi abot sanggane (menjadi dalang itu  berat  bebannya).” Hal paling pokok yang sering terjadi pada dalang adalah manajemen keuangan yang salah, memakai manajemen ayam yaitu langsung menghabiskan uang yang diperolehnya.

Ki Enthus  Susmono  dengan  pikiran dan darah segarnya mampu  menjawab  tantangan  dan tuntutan  yang disodorkan oleh  dunianya,  yaitu  jagad  pewayangan.  Gaya  sabetannya yang khas kombinasi sabet wayang golek dan wayang kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan dalang-dalang lainnya.

Ki Enthus  juga memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menyusun komposisi musik baik modern maupun tradisi (gamelan).   Kekuatan   mengintrepretasi   dan   mengadaptasi cerita serta kejelian membaca isu-isu up to date membuat gaya pakelirannya menjadi hidup dan interaktif.

Ki Enthus  adalah salah satu dalang yang mampu membawa pertunjukan wayang menjadi media komunikasi dan dakwah yang efektif. Pertunjukan wayangnya kerap dijadikan sebagai ujung tombak untuk menyampaikan program-program pemerintah kepada masyarakat, seperti: kampanye anti narkoba,  HIV/AIDS,  HAM,  Global  Warming,  program KB, kampanye pemilu damai,sosialisasi Mahkamah Konstitusi RI dan lain-lain 

Baginya, wayang adalah sebuah kesenian tradisi yang tumbuh dan harus selalu dimaknai kehadiriannya agar tidak beku dalam kemandegan. Daya kreatif dan inovasinya telah mewujud dalam berbagai bentuk sajian wayang, antara lain: wayang  wali,  wayang  planet  (2001-2002),  Wayang  Wali (2004-2005), Wayang Prayungan,  Wayang Rai Wong (2004- 2006), Wayang Blong (2007) dan lain-lain.

Berikut ini Wayang Karya-karya dari Dalang Ki Enthus:
a. Wayang Goerge Bush (2006 dan 2008)
b.  Wayang Saddam Husein (2006 dan 2008)
c. Wayang Osama bin Laden (2002)
d. Wayang Gunungan Tsunami Aceh (2006)
e. Wayang Gunungan Harry Potter (2006)
f. Wayang Batman (2001)
g. Wayang Alien (2001)
h. Wayang tokoh-tokoh politik (2001)
i. Wayang Teletubies (2001)
j. Wayang Rai Wong (2005-2006)
k.  Wayang Walisanga (2006)
l. Wayang planet (2001)
m. Wayang Wali (2004)
n. Wayang Prayungan (2000)
o. Wayang Simphony (2007)
p.  Wayang Blong (2007)
q.  Wayang Kebangsaan (2006)
r. Wayang Minimalis (2007)
s. Wayang Barrack Obama.

Berikut ini Wawancara Salah satu Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang bernama Selly Aulia Defriani dengan Ki Enthus terkait Dunia Perwayangan dan Dunia Birokasi:

1.   Bagaimana awal Ki Enthus menyukai wayang?
“Bapak saya dalang, kakek moyang saya dalang, saya turunan ke 7”

2.   Menurut Ki Enthus sejarah wayang itu seperti apa?
“Seperti ajaran moral, dan isinya pesan moral”

3.   Apa makna wayang bagi Pak Enthus?
“Wayang adalah bayang-bayang kehidupan membicarakan watak manusia lewat pertunjukan bayang-bayang jadi orangnya tidak tersinggung.”

4.   Tokoh Pewayangan apa yang mewakili kehidupan Birokrasi Pak
Enthus?
“Birokrasi di Indonesia bukan pada tokoh wayangnya tetapi pada falsafah yang berbunyi “Dene Utamaning Nata” (Keutamaan seorang pemimpin”, Berbudi (melayani masyarakat dengan visi dan misi)Bawalaksanan (memberi punishmen dan reward).”

5.   Peran   wayang   apa   yang   ingin   Ki   Enthus   perankan   dalam kehidupan birokrasi?
“Mengambil   falsafah   kehidupan,   yang   diambil   dari   falsafah wayang setiap kejahatan akan kalah dengan  kebaikan.”

6.   Apakah lakon melarung sengkuni tercermin dalam visi misinya sebagai Bupati?
“Clean Goverment (pemerintahan yang bebas dari Kkn, Korupsi, dan Gratifikasi).”

7.   Rencana strategis apa yang dilakukan lakon melarung sengkuni?
“Strategi orang jahat masih punya dua kesempatan untuk baik, bila tidak baik secara terus menerus, makaakan menerima hukuman, baik hukuman secara administrasi atau sangsi hukum.”

8.   Untuk apa sih melarung sengkuni?
“Tolak bala, menolak ajakan syetan yang sesat.”

9.   Bagaimana  untuk  memajukan  kab.  Tegal,  apakah  sekiranya selama periode menjabat sampai sekarang berhasil melarung sengkuni?
“Sedang berjalan.”

10. Apakah  sudah  berhasil,  sudah  puas  atau  apakah  ada  PR  yang masih dilakukan lagi?
“Masih harus berlanjut dan rutin.”

11. Kira-kira kendalanya apa saja?
“Kendalanya, orang salah yang tidak mau jalan.”

12. Tindakan apa saja yang dilakukan untuk mengurangi kendala?

“Dengan pendekatan, dan kepemimpinan yang bersih”


Editor: Heru Setianto
Source: eprints.walisongo.ac.id