Biodata Amir Sjarifoeddin Si Tokoh Muda Komunis

AmirSjarifoeddin Harahap adalah putra asal Mandailing Tapanuli Selatan, pria kelahiran Kota Medan pada tanggal 27 April 1907 silam. Beliau meninggal pada 19 Desember 1948 lalu.
Dalam perjalanan hidupnya, ia beralih keyakinan menjadi seorang Kristiani, dan dibaptiskan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan di Kernolong, 1931.Saat itu ia
mulai aktif dalam kegiatan pemuda-pemudi sosialis dan juga Mahasiswa Kristen
Hindia Belanda dalam Christelijketelijke Studenten Vereneging op Java.
Bergabungnya Amir Sjarifuddin di Gerakan Marxis
Tahun 1937 Amir bergabung dengan Gerakan Rakjat Indonesia, (Gerindo) sebagai gerakan pemuda Marxis menghadapi persiapan gerakan masuk fasis Jepang di Indonesia.
Sehubungan
dengan Kemerdekaan, Amir yang sudah mulai radikal lalu bergabung dalam Pemuda
Sosialis Indonesia (Pesindo) pada November 1945.
Gerakan ini
sangat menolak perundingan dengan Belanda yang kembali.
Hal ini selalu
membuatnya berbeda paham dengan tokoh-tokoh tua dalam perjuangan, terutama pada
Dwitunggal Soekarno-Hatta.
Baca: Biografi Syaikh Maulana Zakariyya Si Penulis Kitab Fadhilah Amal
Sebagai Menteri
Pertahanan dalam Kabinet Sjahrir, Amir bertentangan kuat dengan Jenderal
Soedirman.
Soedirman menginginkan
agar dalam ketentaraan selalu ada para opsir politik yang bertugas membina
ideologi dan semangat perjuangan.
Itulah yang
menyebabkan berdirinya Pembinaan Politik (PEPOLIT) 19 Februari 1946.
Amir Sjarifuddin Masuk Kabinet di Pemerintahan
Secara
tiba-tiba koalisi Sjahrir dan Amir pecah, menyusul terlalu lunaknya Sjahrir
terhadap keinginan Belanda.
Amir lalu
mendapatkan dukungan penuh dari beberapa elemen Komunis yang baru kembali dari
pelarian - antara lain Abdoel Madjid dan Wikana.
Selama beberap
bulan hingga Januari 1948, Amir memimpin kabinet, meskipun sangat bertentangan
dengan pihak tentara dan Dwitunggal.
Akhirnya Partai
Nasional Indonesia dan Masjumi menarik dukungan dari kabinet Amir, yang
akhirnya menyingkirkan golongan kiri dari pemerintahan.
Amir Sjarifuddin Mendirikan Partai Komunis di Indonesia
Amir lalu
mendirikan Front Demokrasi Rakjat (FDR).
Kedatangan
Musso dari Sovyet lalu membaptiskan Amir dan FDR menjadi bagian dari Partai
Komunis Indonesia, sejak Agustus 1948.
Mengalami
kekacauan dan ketiadaan pengaruh pemerintah di sekitar Soerakarta saat itu,
terjadi kerusuhan antara sesama tentara baik yang mendukung FDR/Musso dan yang
masih setia dengan Soekarno-Hatta.
FDR/Musso lalu
mengungsi ke Madiun, di mana dari situ melakukan perlawanan terhadap
pemerintah.
Soekarno lalu
memerintahkan Jenderal Soedirman melakukan penumpasan terhadap gerakan itu,
yang diperintahkan oleh Gubernur Militer Jawa Tengah Kolonel Gatot Soebroto.
Kebetulan
tentara Siliwangi yang ada dalam hijrah-lah yang digunakan Gatot menumpas
gerakan Amir/Musso.
Tentara Berhasil Menangkap Amir Sjarifuddin
Tak lama,
tanggal 30 September 1948, pemerintah berhasil merebut Madiun dan sekitarnya.
Musso tertembak
31 Oktober dan Amir dan beberapa sisa FDR yang lain melarikan diri bergerilya
di daerah Wonogiri dan Gunung Kidul.
Tanggal 1
Desember Amir tertangkap, dan dimasukkan dalam tangsi militer di benteng
Vreedeburg, Jogjakarta.
Sebenarnya,
Soekarno-Hatta masih bisa mengampuninya, jika saja Agresi Militer Belanda tidak
menduduki Jogja tanggal 19 Desember.
Karena
ultimatum Belanda, maka Kolonel Gatot tak mau ambil resiko meninggalkan tahanan
langsung mengeksekusi Amir dan kawan-kawan tanggal 19 Desember itu juga.
Detik-Detik Esekusi Amir Sjarifuddin
Saat di hadapan
regu tembak, Amir meminta waktu untuk membaca sebuah Bibel kecil yang selalu
dibawanya ke mana saja.
Ia meminta agar
Bibel itu jangan diambil biarkan dikubur bersamanya.
Lalu mereka
menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan disusul Mars Internasional komunis dunia.
Sesaat kemudian
berondongan senjata menghujam belasan orang itu tanpa ampun.
Penyesalan Presiden Soekarni atas Tewasnya Amir Sjarifuddin
Demikianlah
akhir hidup Amir Sjarifoeddin tokoh muda komunis yang sempat mewarnai sejarah
Republik Indonesia beberapa tahun.
Kematiannya
termasuk disesalkan oleh Soekarno, terlebih karena perintah penghukumannya
bukan datang dari dirinya.
Melainkan akibat pihak militer tak punya cara lain dalam mengurusi tahanan politik kala itu.
Baca: Profil Peter Henlein Si Bapak Jam Modern Dunia
Editor: Heru
Setianto
Image Editing:
Heru Setianto
Source: Net
Posting Komentar
Posting Komentar