-->

Biodata dan Biografi Sayyid Muqtada al-Sadr Presiden Irak Pemenang Pemilu 2018

Sayyid Muqtada al-Sadr adalah seorang ulama, militan sekaligus politikus anak keempat dari imam Syi'ah Irak, Ayatullah Agung Muhammad al-Sadr. Al Sadr merupakan salah satu militan anti Amerika, yang dipercaya sebagai reformator dan harapan baru bagi warga Irak setelah keluar sebagai pemenang atas Haider al-Abadi dalam pemilihan umum (Pemilu) tahun 2018 di Irak.


Biodata dan Biografi Sayyid Muqtada al-Sadr Presiden Irak Pemenang Pemilu 2018
Biodata dan Biografi Sayyid Muqtada al-Sadr Presiden Irak Pemenang Pemilu 2018/ Foto: Capture rudaw.ne dan Edit Pribadi
Muqtada al-Sadr sendiri adalah ulama pertama yang meminta kepada Bashar al-Assad agar mengundurkan diri sebagai presiden Suriah, tujuannya adalah untuk mengakhiri perang dan terorisme di Suriah. Sadr sendiri mengutuk keras serangan 59 rudal Tomahawk oleh AS ke pangkalan udara Shayrat di Suriah atas perintah Presiden Donald Trump.

Berikut ini Biodata Lengkap Sayyid Muqtada al-Sadr sang Presiden Baru 2018:
Nama Lengkap : Sayyid Muqtada al-Sadr
Nama Arab: مقتدى الصدر;
Tempat Lahir : Baghdad, Irak
Tanggal Lahir : 12 Agustus 1973
Kebangsaan : Irak
Profesi : Ulama, Politikus
Jabatan: Ketua Pasukan Tentara Mahdi (2003)
Pemimpin Gerakan Perlawanan Pendudukan AS
Nama Ayah: Ayatullah Agung Muhammad al-Sadr
Nama Ayah Mertua: Ayatullah Agung Muhammad Baqir al-Sadr

Setelah rezim Saddam Hussein berakhir, milisi pimpinan Al-Sadr menyatakan perlawanan terhadap pasukan Amerika Serikat. Muqtada al-Sadr selalu bersikeras tentara Amerika Serikat harus meninggalkan negara Irak segera, hal tersebut dikarenakan jika warga Irak menghendaki menciptakan negara Islam maka mereka (warga Irak) harus diberi kesempatan.

Dalam pemilu tahun 2018 tersebut Muqtada al Sadr didukung oleh kaum Syiah dan kaum komunis tak beragama dan kelompok tradisional Syiah, dimana kemenangan al Sadr sebagai harapan akan reformasi Irak dalam pemberantas korupsi dan kegagalan pemerintah sebelmnya.

Al Sadr pada Juni 2003 resmi membentuk Laskar Mahdi yaitu sebuah kelompok yang bertujuan untuk memerangi kekuatan pendudukan asing seperti serdadu AS di negara Irak. Hingga akhirnya pada tahun 2008, Al Sadr pergi dan menetap di Iran, akibat ketidakpastian politik di Irak. 

Baru pada tahun 2011, al Sadr kembali ke Irak dan mulai aktif dalam dunia politik, namun pada awal tahun 2014 al Sadr memutuskan untuk menarik diri dari politik Irak. Akibat adanya ancaman kelompok teroris ISIS, pada akhir 2014  al Sadr membentuk Brigade Perdamaian yang bertujuan menjaga tempat keagamaan Syiah dan tempat agama lain. 

Tepatnya pada tahun 2016 al Sadr dan para pendukungnya melakukan aksi pendudukan di Green Zone di Bagdad, akbat korupsi merajalela di pemerintah perdana mentri Haider al Abadi.

Muqtada al Sadr tidak hanya mewakili "suara mayoritas Irak, yaitu kaum Syiah yang jadi golongan bawah. Harapan terbaik bagi Irak" tulis Ranj Alaaldin, Pengamat Brookings Institute's Doha Center di Qatar.

"Al-Sadr, yang kerap disebut sebagai ulama garis keras, sejak 2003 telah berubah. Dia bukan lagi sosok terpinggirkan dan buronan," kata Nabeel Khoury, lembaga riset The Atlantic Council.


"Karena dia mengandalkan kekuatan jalanan, dia mengecewakan banyak partai," kata pakar politik Irak, Essam al-Filli.


Editor: Heru Setianto
Source: dw.com