Pro Kontra Dangdut Academy di Indosiar

Heru Setianto
2 komentar
D Academy 2 merupaka sebuah ajang pencarian bakat menyanyi dangdut yang ditayangkan di salah satu stasiun swasta Indosiar, di selenggarakan pada awal tahun 2015. Setelah sebelumnya ajang yang sama telah menjadikan Lesti Andryani sebagai juara di D Academy season pertama dan menghasilkan album kompilasi yang diberi nama D Academy 2014 dengan Kejora oleh Lesti Andryani sebagai lagu utamanya.
Sebelum di mulainya Dangdut Academy yang kedua ternyata telah menimbulkan pro dan kontra, hanya penulis tidak mengikuti karena kesibukan saat itu. Berikut ini saya akan share mengenai acara TV yang pasti semua orang tahu di seluruh Indonesia, silahkan simak dan cermati dengan kepala dingin iah.
1. Pro Dangdut Academy di Indosiar
Membuat talent show mungkin merupakan hal yang mudah bagi setiap stasiun tv. Namun untuk menciptakan talent show yang berkualitas dan diminati masyarakat, tentu saja menjadi kesulitan sendiri.
Dan Indosiar membuktikan mampu bersaing dengan Dangdut Academy. D'Academy menjadi program yang begitu diminati karena menawarkan jenjang karir yang luar biasa, dimana sudah dibuktikan oleh para finalis D'Academy tahun lalu.
Program ajang pencarian penyanyi dangdut berbakat yang biasa disebut D'Academy, kini menjadi buruan para calon penyanyi dangdut terkenal. Bahkan peningkatan yang signifikan ditunjukan dari jumlah kontestan yang mengikuti audisi D'Academy 2 di 7 kota besar di Indonesia.
"Semangat dan antusiasme peserta jauh lebih tinggi daripada season pertama.
Bahkan jumlahnya naik sangat drastis. Membuat jumlah peserta membludak dan secara keseluruhan naik hampir 400% dari jumlah peserta di D'Academy sebelumnya," terang Harsiwi Achmad selaku Direktur Program dan Produksi SCM (5/2/2015) yang penulis lansir dari liputan6.com.
2. Kontra Dangdut Academy di Indosiar
Rating, rating, dan rating. Agaknya itulah yang ada di benak para penguasa dan pengelola televisi komersil tanah air. Gara-gara rating, segala cara dilakukan. Mereka yang berada di balik layar program tersebut jauh lebih lihai menciptakan tren baru. Awalnya tak ada yang menyangka, program tersebut (D'Academy) bakalan sukses menyita perhatian penonton layar kaca di jam prime time.
Indosiar begitu jeli melihat peluang dengan mengangkat kembali ajang pencarian bakat penyanyi dangdut yang sekian lama vakum. Cerdiknya lagi, indosiar coba menggabungkan konsep YKS, dangdutmania, AFI dan supersoulmate selebconcert menjadi satu improv yang terkesan norak tapi menghibur. Kesuksesan dangdut academy seakan merupakan sindiran bagi kompetitor yang hobi menelurkan kontes kebarat-baratan dan terkesan sok eksklusif.
Meskipun hakikatnya seluruh ajang pencarian bakat adalah settingan. Minimal, para penonton diarahkan guna mendukung salah satu kontestan yang dianggap nilai jualnya tinggi. Namun, apa yang terjadi pada dangdut academy sungguh terlalu jorok dan naif. Indosiar tidak rela bila posisinya di jam prime time digeser competitor dan ingin mempertahankan program dangdut academy sebagai acara harian yang akan diisi dengan program dagelan model YKS yang digawangi trio Irfan hakim, Ramzi, serta Rina Nose yang ketiganya adalah host tetap dangdut akademy.
Lama-lama kontes dangdut academy ini mirip alur cerita sinetron yang terus diulur dan diulur lantaran mengejar target tayang harian. Akankah D'Academy bakal ditinggalkan penonton setianya? Yang pasti para pecinta dangdut jadi merindukan adanya satu ajang pencarian bakat penyanyi dangdut dengan kemasan elegan dan eksotis sekelas KDI. Adakah stasiun TV yang berminat menyajikannya, mumpung lagi musim dangdut? Kita lihat saja. Dilansir dari kompasiana.com (10/3/2014)
3. Pendapat Pihak Indosiar Visual Mandiri sendiri
Menurut Elang Mahkota Teknologi (EMTK) yang membawahi Indosiar, SCTV, dan O Channel Direktur Sutanto Hartono, fokus pada dangdut merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk menghidupkan kembali anak perusahaannya Indosiar Visual Mandiri. "Bisnis lambat untuk Indosiar," katanya. "Tapi kami kemudian menemukan bahwa dangdut memiliki tempat khusus di hati penonton perkotaan-pedesaan stasiun. Jadi kami memutuskan untuk mempromosikan acara dangdut, serta program reality lainnya. Ini bekerja, "tambahnya.
Pergeseran ke realitas atau non-drama program ini juga merupakan bagian dari strategi Elang Mahkota untuk mengekang biaya balon di Indosiar. "Drama mahal untuk memproduksi dan tidak titik kuat Indosiar. Dengan beralih ke non-drama, kami telah mampu untuk mengurangi biaya produksi Indosiar dengan rata-rata 20 sampai 25 persen," kata Sutanto
Elang Mahkota - berharap strategi ini akan meningkatkan Indosiar ke posisi ketiga dalam bisnis televisi dari posisi saat ini dari keempat. Sutanto menunjuk keberhasilan YKS - sebuah variety show yang ditayangkan oleh Trans TV - sebagai salah satu alasan di balik Indosiar tergelincir posisi baru-baru ini.
Sementara Indosiar menerima "makeover", SCTV tetap setia kepada penonton melalui siaran sinetron atau sinetron dan film yang dibuat-untuk-TV atau FTVs. Namun, sedikit perubahan terjadi di tema mereka, dengan komedi sekarang lebih populer daripada yang menguras air mata drama, menurut Sutanto. (The Jakarta Post , 4 Juni 2014)
Pro dan kontra tentang ajang talent show Dangdut Academy memang sudah lama diperdebatan, tapi penulis secara pribadi mengulas kembali tanpa menambah ataupun mengurangi pernyatan dari berbagai sumber diatas. Saya percaya para pembaca dapat menilai sendiri, mana tayangan yang bermutu dan mendidik untuk ditonton.
Editor: Heru Setianto
Source: Net
Pro Kontra Dangdut Academy di Indosiar/ Foto: instagram.com/explore/tags/dacademy2 |
1. Pro Dangdut Academy di Indosiar
Membuat talent show mungkin merupakan hal yang mudah bagi setiap stasiun tv. Namun untuk menciptakan talent show yang berkualitas dan diminati masyarakat, tentu saja menjadi kesulitan sendiri.
Dan Indosiar membuktikan mampu bersaing dengan Dangdut Academy. D'Academy menjadi program yang begitu diminati karena menawarkan jenjang karir yang luar biasa, dimana sudah dibuktikan oleh para finalis D'Academy tahun lalu.
Program ajang pencarian penyanyi dangdut berbakat yang biasa disebut D'Academy, kini menjadi buruan para calon penyanyi dangdut terkenal. Bahkan peningkatan yang signifikan ditunjukan dari jumlah kontestan yang mengikuti audisi D'Academy 2 di 7 kota besar di Indonesia.
"Semangat dan antusiasme peserta jauh lebih tinggi daripada season pertama.
Bahkan jumlahnya naik sangat drastis. Membuat jumlah peserta membludak dan secara keseluruhan naik hampir 400% dari jumlah peserta di D'Academy sebelumnya," terang Harsiwi Achmad selaku Direktur Program dan Produksi SCM (5/2/2015) yang penulis lansir dari liputan6.com.
2. Kontra Dangdut Academy di Indosiar
Rating, rating, dan rating. Agaknya itulah yang ada di benak para penguasa dan pengelola televisi komersil tanah air. Gara-gara rating, segala cara dilakukan. Mereka yang berada di balik layar program tersebut jauh lebih lihai menciptakan tren baru. Awalnya tak ada yang menyangka, program tersebut (D'Academy) bakalan sukses menyita perhatian penonton layar kaca di jam prime time.
Indosiar begitu jeli melihat peluang dengan mengangkat kembali ajang pencarian bakat penyanyi dangdut yang sekian lama vakum. Cerdiknya lagi, indosiar coba menggabungkan konsep YKS, dangdutmania, AFI dan supersoulmate selebconcert menjadi satu improv yang terkesan norak tapi menghibur. Kesuksesan dangdut academy seakan merupakan sindiran bagi kompetitor yang hobi menelurkan kontes kebarat-baratan dan terkesan sok eksklusif.
Meskipun hakikatnya seluruh ajang pencarian bakat adalah settingan. Minimal, para penonton diarahkan guna mendukung salah satu kontestan yang dianggap nilai jualnya tinggi. Namun, apa yang terjadi pada dangdut academy sungguh terlalu jorok dan naif. Indosiar tidak rela bila posisinya di jam prime time digeser competitor dan ingin mempertahankan program dangdut academy sebagai acara harian yang akan diisi dengan program dagelan model YKS yang digawangi trio Irfan hakim, Ramzi, serta Rina Nose yang ketiganya adalah host tetap dangdut akademy.
Lama-lama kontes dangdut academy ini mirip alur cerita sinetron yang terus diulur dan diulur lantaran mengejar target tayang harian. Akankah D'Academy bakal ditinggalkan penonton setianya? Yang pasti para pecinta dangdut jadi merindukan adanya satu ajang pencarian bakat penyanyi dangdut dengan kemasan elegan dan eksotis sekelas KDI. Adakah stasiun TV yang berminat menyajikannya, mumpung lagi musim dangdut? Kita lihat saja. Dilansir dari kompasiana.com (10/3/2014)
3. Pendapat Pihak Indosiar Visual Mandiri sendiri
Menurut Elang Mahkota Teknologi (EMTK) yang membawahi Indosiar, SCTV, dan O Channel Direktur Sutanto Hartono, fokus pada dangdut merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk menghidupkan kembali anak perusahaannya Indosiar Visual Mandiri. "Bisnis lambat untuk Indosiar," katanya. "Tapi kami kemudian menemukan bahwa dangdut memiliki tempat khusus di hati penonton perkotaan-pedesaan stasiun. Jadi kami memutuskan untuk mempromosikan acara dangdut, serta program reality lainnya. Ini bekerja, "tambahnya.
Pergeseran ke realitas atau non-drama program ini juga merupakan bagian dari strategi Elang Mahkota untuk mengekang biaya balon di Indosiar. "Drama mahal untuk memproduksi dan tidak titik kuat Indosiar. Dengan beralih ke non-drama, kami telah mampu untuk mengurangi biaya produksi Indosiar dengan rata-rata 20 sampai 25 persen," kata Sutanto
Elang Mahkota - berharap strategi ini akan meningkatkan Indosiar ke posisi ketiga dalam bisnis televisi dari posisi saat ini dari keempat. Sutanto menunjuk keberhasilan YKS - sebuah variety show yang ditayangkan oleh Trans TV - sebagai salah satu alasan di balik Indosiar tergelincir posisi baru-baru ini.
Sementara Indosiar menerima "makeover", SCTV tetap setia kepada penonton melalui siaran sinetron atau sinetron dan film yang dibuat-untuk-TV atau FTVs. Namun, sedikit perubahan terjadi di tema mereka, dengan komedi sekarang lebih populer daripada yang menguras air mata drama, menurut Sutanto. (The Jakarta Post , 4 Juni 2014)
Pro dan kontra tentang ajang talent show Dangdut Academy memang sudah lama diperdebatan, tapi penulis secara pribadi mengulas kembali tanpa menambah ataupun mengurangi pernyatan dari berbagai sumber diatas. Saya percaya para pembaca dapat menilai sendiri, mana tayangan yang bermutu dan mendidik untuk ditonton.
Editor: Heru Setianto
Source: Net
2 komentar
setuju sama ane gan, pertamak
BalasHapusWah ada yang setuju ternyata, hahaha. Thaks
Hapus